Rabu, 23 November 2011

Tentang Surat Al-Iklhas


Pengertian Surat Al-Ikhlas:
Secara lugowi, kata Al-Ikhlas itu berasal dari kata Akhlasha-yukhlishu-Ikhlashaan, yang berarti memurnikan. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan atau pemurnian (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah ).
Surat Al-Ikhlas termasuk surat makiyyah, dan surat ini adalah surat ke 112 yang terdiri dari 4 ayat, surat ini surat yang istimewa karena memiliki banyak keutamaan,
1.      Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku ada ditanganNya, sesungguhnya dia (surat Al-Ikhlas) sebanding sepertiga Al-Qur’an”.(HR.Bukhari). Dikatakan sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an karena kandungan Al-Quran ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum, dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid sehingga surat ini sebanding atau sama dengan sepertiga Al-Qur’an.
2.      Hadis riwayat Anas bin Malik, menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa membaca Surat Al-Ikhlas satu kali, seolah-olah dia membaca sepertiga Quran. Barangsiapa membacanya dua kali, seolah-olah dia membaca dua pertiga Quran. Barangsiapa membacanya tiga kali, seolah-olah dia membaca Quran seluruhnya. Dan barangsiapa membacanya sepuluh kali, dibina Allah untuknya sebuah rumah dalam surga terbikin dari permata ya’kut yang berwarna merah.”
3.      Rasulullah Saw bersabda yang maksudnya :” Barangsiapa membaca surat Al-Ikhlas pada sakit yang membawa kepada kematiannya, niscaya mayatnya tidak busuk dalam kubur, hadis lain menyatakan tidak terfitnah dalam kuburnya, aman dari kesempitan kuburan, dan para Malaikat akan membawanya dengan sayap-sayapnya melalui titian shirotol mustaqim sampai kesurga.”
4.      Menurut hadis Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa membaca Qul Huwallahu Ahad 50 kali, niscaya diampuni dosanya lima puluh tahun.”
5.      Menurut Hadis Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda yang maksudnya ” Barangsiapa membaca Qul Huwallahu Ahad sepuluh kali dibina Allah untuknya satu istana didalam surga. Barangsiapa membacanya 20 kali, dibina Allah untuknya dua istana dalam surga. Barangsiapa membacanya 30 kali maka dibina Allah untuknya tiga istana dalam surga. Umar bin Khattab berkata: ” Ya, Rasulullah, kalau begitu akan banyaklah istana kmi dalam surga” Maka Rasulullah Saw bersabda : “Allah lebih lapang (luas) dari pada itu.”  Maksudnya, bagi Allah berapapun jumlah istana itu soal mudah
6.      Hadis Anas bin Mali menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda yang maksudnya : “Barangsiapa membaca Qul Huwallahu Ahad sekali, dia diberkati. Barangsiapa membacanya dua kali dia dan keluarganya diberkati. Barangsiapa membacanya tiga kali, dia, keluarga dan jiran tetangganya diberkati. Barangsiapa membacanya 12 kali, dibina Allah untuknya 12 istana didalam surga. Jika dibacanya 100 kali, maka dihapuskan Allah dosanya (dosa kecil) selama 50 tahun, kecuali pertumpahan darah dan harta benda. Jika dibacanya 200 kali, dihapuskan dosanya 100 tahun. Jika dibacanya 1000 kali, niscaya sebelum mati telah dilihat atau diperlihatkan kepadanya tempatnya dalam surga.”


Surat Al-Ikhlas memiliki banyak nama, berikut adalah nama lain surat Al-Ikhlas:             
  1. At-Tafrid.(yang diturunkan)
  2. At-Tajrid.(yang lepas)
  3. At-Tauhid.(mengesakan Allah)
  4. Al-Ikhlas.(murni)
  5. An-Najat.(selamat)
  6. Al-Wilayah.(dekat)
  7. An-Nisbah.(hubungan)
  8. Al-Ma’rifah.(pengenalan)
  9. Al-Jamal.(keindahan)
  10. Al-Muqasyqasyah.(penyembuhan)
  11. Al-Mu’awwidzah.(yang berlindung)
  12. As-Shamad.(tempat tergantung)
  13. Al-Asas.(dasar)
  14. Al-Maani’ah.(yang mencegah)
  15. Al-Muhtadhar.(yang hadir)
  16. Al-Munfiroh.(yang lari)
  17. Al-Baroah.(yang bebas)
  18. Al-Mudzkiroh.(peringatan)
  19. An-Nuur.(cahaya)
  20. Al-Insan.(manusia)












TAFSIR SURAT AL-IKHLAS
“ Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.”
Ayat ini diawali oleh kata “Qul” yang berarti “katakanlah”, hal ini menunjukan bahwa Nabi Muhammad saw selalu menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan malaikat Jibril. Beliau tidak mengubahnya walau hanya satu huruf. Secara tidak langsung, ini merupakan penolakan terhadap anggapan sebagian orang kafir yang menuduh bahwa Al-Qur’an itu karangan Nabi saw, bukan firman Allah
Kemudian kata “Qul” didampingi oleh kata “Huwa” yang berarti “dialah”, yang mengandung arti bahwa yang disampaikan itu kebenarannya sudah pasti dan didukung oleh bukti rasional yang tak ada sedikitpun keraguan padanya, bahwa Allah swt itu esa dalam dzat-Nya.
Dialah Allah yang Maha Tunggal. Maksudnya, Dia benar-benar satu, baik secara lafzhiyyah maupun ma’nawiyyah (pure monotheism), bukan hasil eliminasi dari dua atau tiga, bukan pula tunggal yang berasal dari dwi-tunggal atau tri-tunggal, dan bukan pula monotheism yang berasal dari polytheism atau trinitas dan trimukti. Bagi umat islam, dalam menginterpretasikan kalimat “ketuhanan yang maha esa” itu tdak lain melainkan “Huwallahu ahad”.
Menurut Imam Ath-Thabarasy di dalam kitab tafsirnya “Majma’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an”, dikatakan bahwa penggunaan kata “ahad” bukan dengan “wahid”, itu dikarenakan “wahid ” itu termasuk ke dalam “hisab” atau hitungan. Sedangkan “ahad” itu tidak dapat dibagi-bagi pada dzat-Nya. Kita boleh menjadikan bagi “wahid” itu dua dan seterusnya. Akan tetapi kita tidak boleh menjadikan bagi “ahad” itu dua dan seterusnya.


“ Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”
Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma berkata: Ash-Shomad adalah yang bergantung kepadaNya semua makhluk untuk mendapatkan hajat-hajat dan permintaan-permintaan mereka.
Beliau berkata pula tentang makna Ash-Shomad : Dia adalah As-Sayyid (Maha Pemimpin) Yang Maha sempurna dalam kepemimpinanNya, Asy-Syariif (Maha Mulia) Yang Maha sempurna dalam kemuliaanNya, Al-‘Adhiim (Maha Agung) Yang Maha sempurna dalam keagunganNya, Al-Haliim (Maha Penyantun) Yang Maha sempurna dalam kesantunanNya, Al-‘Aliim (Maha Mengetahui) Yang Maha sempurna dalam pengetahuanNya dan Al-Hakiim (Maha Bijaksana) Yang Maha sempurna dalam kebijaksaanNya. Dialah Yang Maha Sempurna dalam kemuliaan dan kepemimpinan dan Dia adalah Allah, inilah sifatNya yang tidak sepatutnya kecuali untuk Dia. Tidak ada yang setara denganNya dan tidak ada pula sesuatu yang seperti Dia. Maha Suci Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan (musuh-musuhNya).


“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”
Ada dua kata dalam Al-Qur’an yang sering digunakan untuk menafikan atau meniadakan sesuatu, yaitu kata “lam” dan kata “lan”. Kata “lam” digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan “lan” digunakan untuk menafikan sesuatu yang akan terjadi. Kata “lam” digunakan pada ayat ini untuk menggambarkan bahwa saat itu telah beredar keyakinan bahwa tuhan itu bisa beranak.
Ibnu 'Abbas berkata: "Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah.
Singkatnya, kata “lam” yang digunakan pada ayat ini merupakan koreksi terhadap keyakinan yang beredar saat itu. Seolah ayat ini mengatakan, “Keyakinan anda keliru, sesungguhnya Allah tidak beranak dan tidak diperanakan”.


“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Surat Al-Ikhlas ini ditutup dengan ayat yang menafikan segala sesuatu yang sama dengan Allah. Artinya bukan dari segi beranak dan diperanakannya, tapi Allah itu berbeda dengan makhluk dalam segala dimensinya. Wallahu a’lam.